Dubai Indonesia Currency
Do you deal in shares in different currencies? Do you like to travel? Do you like to shop on foreign online shops? The currency calculator of Markets Insider is the ideal tool for you.
With the currency calculator, you can quickly and easily convert amounts between any currencies. In total, there are about 160 different currencies available on the currency calculator.
Once you select the base and target currencies from the list and enter the desired amount into the provided field, the currency calculator immediately gives you the result. Additionally, you can also choose whether to calculate the result based on the current exchange rate or the exchange rate on a certain date. This way, the Markets Insider currency calculator allows you to search for historical exchange rates. The result provided by the currency calculator is displayed in a clearly arranged table. Here, the currency calculator shows the opening and closing rate as well as the lowest and highest rates for the respective date. (read more)
General information about currencies: Currencies have existed for several millennia; they arose primarily as a replacement for the ineffective barter trade. The functions that a currency took on (means of payment, value storage, unit of value) were essential to the development of an efficient economy with division of labor. In the beginning, different items were used as currency, including metals, pearls, shells or agricultural products. Minting of coins from precious metals was developed about 2500 years ago in ancient Greece; paper money has existed for about 1000 years. Today, almost every country has its own currency, with the exception of countries with a common currency (such as the Eurozone) or countries that have adopted a foreign currency (such as the euro in Kosovo). Thus, there are worldwide more than 160 official currencies that can be traded on the currency market at constantly changing exchange rates. On the currency market, there is a larger trade volume than on the credit or the stock market. For decades, the most important base currencies of the world have been the U.S. dollar, the euro, the British pound and the Japanese yen.
Monetary policy has worked to reduce price pressures in the Canadian economy. Inflation is now around 2% and is expected to remain near the middle of the Bank of Canada’s control range of 1% to 3% over the projection.
Dubai (bahasa Arab: دبي, translit. Dubayy [dʊˈbajj]) adalah kota terpadat di negara Uni Emirat Arab dan merupakan ibukota Emirat Dubai. Kota ini terletak di sepanjang pantai tenggara Jazirah Arab dan di selatan teluk Persia, Kotamadya Dubai disebut Kota Dubai untuk membedakannya dari Emirat Dubai. Dubai adalah salah satu tujuan pariwisata paling populer di dunia.[5] Kota ini memiliki hotel bintang lima terbanyak kedua di dunia[6] dan juga bangunan tertinggi di dunia, Burj Khalifa.[7]
Dokumen tertulis menyatakan keberadaan kota ini selama 150 tahun sebelum pembentukan UEA. Dubai berbagi kekuasaan hukum, politik, militer dan ekonomi dengan emirat lain dalam lingkaran federal, meskipun setiap emirat memiliki yurisdiksi terhadap beberapa kekuasaan seperti penegakan hukum sipil dan pemantauan dan pembaharuan fasilitas lokal. Dubai memiliki populasi terbesar dan merupakan emirat terbesar kedua menurut luasnya, setelah Abu Dhabi.[8] Dubai dan Abu Dhabi adalah satu-satunya dua emirat yang memiliki hak veto terhadap masalah kritis kepentingan nasional dalam Dewan Nasional Federal negara itu.[9] Dubai telah dipimpin oleh dinasti Al Maktoum sejak 1833. Pemimpinnnya saat ini, Mohammed bin Rashid Al Maktoum, juga menjabat sebagai Perdana Menteri dan Wakil Presiden UEA.
Pendapatan emirat berasal dari perdagangan, real estat dan pelayanan keuangan.[10] Pendapatan dari minyak bumi dan gas alam menyumbang kurang dari 6% (2006)[11] ekonomi Dubai senilai US$37 miliar (2005).[12] Real estat dan konstruksi, menyumbang 22.6% kepada ekonomi tahun 2005, sebelum musim konstruksi berskala besar yang berlangsung hingga sekarang.[13] Dubai telah menarik perhatian dunia melalui proyek real estat yang inovatif[14] dan ajang olahraga. Hal ini meningkatkan perhatian, bersamaan dengan kepentingannya sebagai hub bisnis dunia, telah juga mengangkat masalah hak asasi manusia mengenai terlibatnya banyak tenaga kerja asing.[15]
Tahun 1820-an, Dubai disebut sebagai Al Wasl oleh sejarawan Britania Raya. Tetapi, beberapa catatan yang menyebutkan sejarah budaya UEA atau emiratnya muncul karena tradisi wilayah ini untuk mencatat dan mewariskan cerita rakyat dan mitos. Asal linguistik kata Dubai juga diperdebatkan, beberapa orang percaya berasal dari bahasa Persia, sementara lainnya menganggap bahasa Arab adalah akar bahasa dari kata ini. Menurut Fedel Handhal, peneliti sejarah dan budaya UEA, kata Dubai mungkin berasal dari kata Daba (derivatif dari Yadub), yang berarti menjalar; kata ini bisa saja menjadi rujukan pada aliran Dubai Creek ke daratan.[16]
Sangat sedikit diketahui mengenai budaya pra-Islam di tenggara jazirah Arab, kecuali banyak kota kuno di wilayah itu yang menjadi pusat perdagangan antara dunia Timur dan Barat. Sisa dari rawa mangrove kuno, berusia 7.000 tahun, ditemukan ketika pembangunan jalur selokan bawah tanah dekat Dubai Internet City. Wilayah ini ditutupi pasir sekitar 5.000 tahun yang lalu setelah garis pantai mundur dari daratan, menjadi bagian dari garis pantai kota saat ini.[17] Sebelum Islam, orang-orang di wilayah ini menyembah Bajir (atau Bajar).[18] Kekaisaran Bizantium dan Sassaniyah memiliki kekuasaan besar pada masa itu, dengan Sassaniyah yang menguasai sebagian besar wilayah. Setelah penyebaran Islam di sana, Khalifah Umayyah, dari dunia Islam timur, memperluas wilayahnya ke tenggara Arabia dan mengalahkan Sassaniyah. Penggalian yang dilakukan oleh Dubai Museum di wilayah Al-Jumayra (Jumeirah) membenarkan keberadaan beberapa artefak dari periode Umayyah.[19] Sebutan Dubai yang pertama kali dicatat adalah pada tahun 1095, di "Book of Geography" oleh ahli geografi Andalusia-Arab Abu Abdullah al-Bakri. Pedagang permata Venesia Gaspero Balbi mengunjungi wilayah ini pada 1580 dan menyebutkan Dubai (Dibei) karena industri permatanya.[19] Catatan yang mendokumentasikan kota Dubai muncul setelah 1799.[20]
Di awal abad ke-19, klan Al Abu Falasa (Dinasti Al-Falasi) dari klan Bani Yas mendirikan Dubai, yang menjadi bagian dari Abu Dhabi hingga 1833.[21] Tanggal 8 Januari 1820, sheikh Dubai dan sheikh lainnya di daerah itu menandatangani "Perjanjian Damai Maritim Umum" dengan pemerintah Britania.[17] Tetapi, tahun 1833, dinasti Al Maktoum (juga keturunan Dinasti Al-Falasi) dari suku Bani Yas meninggalkan permukiman Abu Dhabi dan mengambil ailh Dubai dari klan Abu Falasa tanpa perlawanan.[21] Dubai berada dibawah perlindungan Britania Raya oleh "Perjanjian Eksklusif" tahun 1892, dengan menyetujui perlindungan Dubai terhadap serangan apapun dari Kekaisaran Ottoman.[21] Dua bencana menyerang kota ini pada pertengahan 1800-an. Pertama, tahun 1841, sebuah epidemi cacar muncul di permukiman Bur Dubai, memaksa penduduk pindah ke timur di Deira. Kemudian, tahun 1894, kebakaran terjadi di Deira, menghanguskan banyak rumah.[22] Tetapi, lokasi geografis kota terus menarik pedagang dan penjual dari seluruh wilayah itu. Emir Dubai gencar-gencarnya menarik pedagang asing dan menurunkan pajak perdagangan, yang menarik pedagang dari Sharjah dan Bandar Lengeh, yang merupakan hub dagang utama pada masa itu.[22][23]
Dekatnya geografi Dubai dengan India menjadikannya sebagai lokasi penting. Kota Dubai adalah pelabuhan pedagang asing penting, khususnya dari India, banyak di antaranya menetap di kota itu. Dubai dikenal karena ekspor permatanya hingga 1930-an. Tetapi, industri permata Dubai mengalami dampak dari Perang Dunia I, dan kemudian Depresi Besar tahun 1920-an. Akibatnya, kota ini mengalami migrasi massal penduduk ke bagian lain Teluk Persia.[17] Sejak pendiriannya, Dubai berselisih dengan Abu Dhabi. Tahun 1947, sengketa perbatasan antara Dubai dan Abu Dhabi di sektor utara perbatasan resminya, berubah menjadi perang antar kedua emirat.[25] Arbitrasi oleh Britania dan pembangunan pagar yang membentang ke tenggara dari pantai di Ras Hassian menghasilkan penghentian tembak-menembak.[26] Tetapi, sengketa perbatasan antara kedua emirat berlanjut bahkan setelah pembentukan UEA; pada 1979 perjanjian formal tercapai yang mengakhiri tembak-menembak dan sengketa perbatasan antara dua emirat.[27] Listrik, telepon dan bandar udara didirikan di Dubai tahun 1950-an, ketika Britania memindahkan kantor administratif lokalnya dari Sharjah ke Dubai.[28] Tahun 1966 kota ini bergabung dengan negara Qatar yang baru merdeka untuk menetapkan satuan mata uang baru, Riyal Qatar/Dubai, setelah deflasi rupee Teluk.[20] Minyak ditemukan di Dubai pada tahun yang sama, setelah itu kota ini memberikan konsesi pada perusahaan minyak internasional. Penemuan minyak ini membawa Dubai pada masuknya pekerja asing dalam jumlah besar, terutama dari India dan Pakistan. Akibatnya, populasi kota sejak 1968 hingga 1975 naik menjadi 300%, oleh beberapa perkiraan.[29]
Tanggal 2 Desember 1971 Dubai, bersama Abu Dhabi dan lima emirat lainnya, membentuk Uni Emirat Arab setelah bekas pelindung Britania meninggalan Teluk Persia tahun 1971.[30] Tahun 1973, Dubai bergabung dengan emirat lain untuk menggunakan mata uang tunggal: Dirham UEA. Tahun 1970-an, Dubai terus tumbuh dari pendapatan yang diperoleh dari minyak dan perdagangan, bahkan setelah kota ini mendapat masukan imigran Lebanon yang mengungsi dari perang sipil di Lebanon.[31] Zona Bebas Jebel Ali, terdiri dari pelabuhan Jebel Ali (dikatakan sebagai pelabuhan buatan terbesar di dunia) didirikan tahun 1979, yang menyediakan impor buruh dan kapital ekspor tak terbatas kepada perusahaan asing.[32]
Perang Teluk Persia 1990 memiliki dampak besar terhadap kota ini. Secara ekonomi, bank di Dubai mengalami penarikan dana yang cukup besar karena kondisi politik tak menentu di wilayah itu. Selama 1990-an, bagaimanapun, banyak komunitas dagang asing — pertama dari Kuwait, selama Perang Teluk, dan kemudian dari Bahrain, selama kerusuhan Syiah — memindahkan bisnis mereka ke Dubai.[23] Dubai menyediakan pangkalan pengisian bahan bakar kepada pasukan sekutu di zona bebas Jebel Ali selama Perang Teluk Persia, dan lagi, selama Invasi Irak 2003. Peningkatan besar harga minyak setelah Perang Teluk Persia memaksa Dubai terus fokus pada perdagangan bebas dan pariwisata.[33] Kesuksesan zona bebas Jebel Ali membolehkan kota ini menggunakan modelnya untuk membangun kumpulan zona bebas baru, seperti Dubai Internet City, Dubai Media City dan Dubai Maritime City. Pembangunan Burj Al Arab, hotel berdiri bebas tertinggi di dunia, juga pembangunan permukiman baru, juga digunakan untuk memasarkan Dubai dalam bidang pariwisata. Sejak 2002, kota ini mengalami peningkatan investasi real estat pribadi dalam membentuk kembali langit-langit Dubai[33] dengan proyek seperti The Palm Islands, The World Islands dan Burj Dubai. Tetapi, pertumbuhan ekonomi yang kuat dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh nilai inflasi yang naik (11.2% pada tahun 2007 ketika dihitung terhadap Indeks Harga Konsumen) yang digabungkan karena harga penyewaan perkantoran dan permukiman yang berlipat ganda, mengakibatkan peningkatan substansial biaya hidup bagi para penghuninya.[34]
Dubai terletak di pantai Teluk Persia di Uni Emirat Arab dan terletak 16 m di atas permukaan laut. Emirat Dubai berbagi perbatasan dengan Abu Dhabi di selatan, Sharjah di timurlaut, dan Kesultanan Oman di tenggara. Hatta, eksklave kecil emirat, dikelilingi di tiga sisi oleh Oman dan oleh emirat Ajman di (barat) dan Ras Al Khaimah (di utara). Teluk Persia berbatasan dengan pantai barat emirat. Dubai terletak di 25°16′11″N 55°18′34″E / 25.2697°N 55.3095°E / 25.2697; 55.3095 dan mencakup wilayah seluas 4.114 km² (1.588 mi²).
Dubai terletak langsung di Gurun Arabia. Tetapi, topografi Dubai sedikit berbeda dari bagian selatan UEA di mana sebagian lanskap Dubai dipenuhi pola gurun berpasir, sementara gurun berminyak mendominasi sebagian besar wilayah selatan negara ini.[35] Pasirnya terdiri dari kerang hancur dan koral dan halus, bersih dan putih. Di timur kota, daratan pantai bergaram, dikenal sebagai sabkha, memberikan jalan menuju bentangan gundukan pasir utara-selatan. Lebih jauh ke timur, gundukan pasir semakin besar dan berwarna merah akibat besi oksida.[29] Gurun berpasir datar ini memberikan jalan menuju Pegunungan Hajar Barat, yang membentang di sepanjang perbatasan Dubai dengan Oman di Hatta. Jejaring Hajar Barat memiliki lanskap gersang, tidak rata dan berantakan, di mana pegunungannya mencapai 1.300 meter di beberapa tempat. Dubai tidak memiliki badan air alami atau oase; tetapi, Dubai memiliki inlet alami, Dubai Creek, yang digali untuk membuatnya cukup dalam bagi kapal besar untuk melewatinya. Dubai juga memiliki banyak ngarai dan lubang air yang memenuhi dasar pegunungan Al Hajar Barat. Lautan luas gundukan pasir mencakup sebagian besar selatan Dubai, yang membawanya pada gurun pasir yang dikenal sebagai The Empty Quarter. Secara seismik, Dubai berada di zona yang sangat stabil — jalur patahan seismik terdekat, Patahan Zargos, terletak 120 km dari UEA dan tidak mungkin memberi dampak apapun terhadap Dubai.[36] Para ilmuwan juga memperkirakan bahwa kemungkinan tsunami di wilayah itu kecil karena perairan Teluk Persia tidak cukup dalam untuk membuat tsunami.[36]
Gurun berpasir yang mengelilingi kota mendukung rumput liar dan pohon palem kurma. Hyacinth gurun tumbuh di dataran sabkha di timur kota, sementara pohon akasia dan ghad tumbuh di dataran datar di dekat pegunungan Al Hajar Barat. Beberapa pohon asli seperti palem kurma dan neem juga pohon impor seperti eukaliptus tumbuh di taman nasional Dubai. Bustard houbara, hyena bergaris, caracal, serigala gurun, elang dan oryx Arab sangat umum di gurun Dubai. Dubai berada di jalur migrasi antara Eropa, Asia dan Afrika, dan lebih dari 320 burung migrasi melewati emirat ini pada musim semi dan musim gugur. Perairan di Dubai adalah rumah bagi lebih dari 300 spesies ikan, termasuk hammour.
Dubai Creek membentang timurlaut-baratdaya melalui kota. Bagian timur kota membentuk permukiman Deira dan berbatasan dengan emirat Sharjah di timur dan kota Al Aweer di selatan. Bandar Udara Internasional Dubai terletak diselatan Deira, sementara Palm Deira terletak di utara Deira di Teluk Persia. Banyak musim real estat Dubai dipusatkan di barat Dubai Creek, di garis pantai Jumeirah. Pelabuhan Rashid, Jebel Ali, Burj Al Arab, Palm Jumeirah dan kumpulan zona bebas bertema seperti Business Bay semuanya terletak di wilayah ini. Lima rute utama — E 11 (Sheikh Zayed Road), E 311 (Emirates Road), E 44 (Dubai-Hatta Highway), E 77 (Dubai-Al Habab Road) dan E 66 (Oud Metha Road) — membentang melalui Dubai, menghubungkan kota ini dengan kota dan emirat lainnya. Tambahannya, beberapa rute antarkota penting, seperti D 89 (Al Maktoum Road/Airport Road), D 85 (Baniyas Road), D 75 (Sheikh Rashid Road), D 73 (Al Dhiyafa Road), D 94 (Jumeirah Road) dan D 92 (Al Khaleej/Al Wasl Road) menghubungkan berbagai permukiman di kota. Bagian timur dan barat kota dihubungkan oleh Jembatan Al Maktoum, Jembatan Al Garhoud, Terowongan Al Shindagha, Penyeberangan Business Bay dan Jembatan Terapung.
Dubai memiliki iklim panas dan, pada beberapa waktu, lembap (kering selama panas yang ekstrem) dengan banyak bulan mencatat temperatur di atas 40 °C. Temperatur tertinggi yang pernah tercatat di Dubai adalah 47.3 °C. Curah hujan sangat sedikit, dengan rata-rata 150mm per tahun; hujan terpusatkan sekitar Januari, Februari dan Maret. Tetapi, hujan lebat tidak umum di Dubai selama bulan musim dingin dan Januari 2008 mencatat rekor 120 mm (atau 5") curah hujan dalam 24 jam,[37] Kelembapan rata-rata di Dubai sekitar 60% dan lebih tinggi selama bulan musim dingin.
Pemerintah Dubai beroperasi di dalam lingkup monarki konstitusional, dan telah dipimpin oleh keluarga Al Maktoum sejak 1833. Pemimpin saat ini, Mohammed bin Rashid Al Maktoum, juga menjabat sebagai Perdana Menteri Uni Emirat Arab dan anggota Dewan Tertinggi UEA (SCU). Dubai menunjuk 8 anggota dalam periode dua masa jabatan kepada Dewan Nasional Federal (FNC) UEA, badan legislatif federal tertinggi.[41] Dubai Municipality (CM) didirikan oleh pemimpin Dubai, Rashid bin Saeed Al Maktoum tahun 1954 untuk perencanaan kota, pelayanan warga kotadan pembaharuan fasilitas lokal.[42] DM diketuai oleh Hamdan bin Rashid Al Maktoum, deputi pemimpin Dubai dan terdiri dari beberapa departemen seperti Departemen Jalan, Departemen Perencanaan dan Survei, Departemen Lingkungan dan Kesehatan Umum dan Departemen Keuangan. Tahun 2001, Dubai Municipality memasuki proyek e-Government dengan tujuan menyediakan 40 layanan kota melalui portal web-nya (Dubai.ae). Tiga belas layanan diluncurkan Oktober 2001, sementara beberapa layanan lainnya dijadwalkan beroperasi pada masa depan.
Dubai dan Ras al Khaimah adalah satu-satunya dua emirat yang tidak mengikuti sistem yudisial federal Uni Emirat Arab. Mahkamah yudisial emirat terdiri dari Mahkamah Pertama, Mahkamah Banding, dan Mahkamah Kasasi. Mahkamah Pertama terdiri dari pengadilan sipil, yang mendengar seluruh klaim sipil, Pengadilan Kriminal, yang mendengar klaim dari keluhan polisi, dan Pengadilan Syariah, yang bertanggungjawab atas masalah antara Muslim. Non-Muslim tidak masuk ke Pengadilan Syariah. Mahkamah Kasasi adalah mahkamah tertinggi emirat dan hanya mendengar sengketa dalam hukum.[43] Dubai Police Force, didirikan tahun 1956 di permukiman Naif, memiliki yurisdiksi penegakan hukum di emirat ini; kekuasaan berada dibawah komando langsung Mohammed bin Rashid al Maktoum, pemimpin Dubai. Dubai Municipality juga bertugas dalam sanitasi dan infrastruktur selokan bawah tanah kota. Pertumbuhan cepat kota menyebabkan perawatan infrastruktur selokan bawah tanah diperluas hingga batasnya.[44]
Artikel 25 Konstitusi UEA menyebutkan perlakuan sederajat terhadap warga negara tanpa memandang ras, kebangsaan, kepercayaan atau status sosial. Tetapi, sebagian besar dari 250.000 buruh asing di Dubai tinggal dalam kondisi yang dijelaskan oleh Human Rights Watch sebagai "lebih buruk dari manusia."[45][46][47][48] NPR melaporkan bahwa pekerja "tinggal berdelapan di satu kamar, mengirim sebagian gaji mereka kepada keluarga, yang tidak mereka kunjungi selamam beberapa tahun pada satu waktu." Tanggal 21 Maret 2006, pekerja di situs konstruksi Burj Dubai, kecewa karena jadwal bus dan kondisi kerja, memberontak: merusak mobil, kantor, komputer, dan alat konstruksi.[49][50][51] Peraturan yudisial di Dubai yang meliputi kebangsaan asing mencuat ke berita ketika usaha tertuduh untuk menutupi informasi pemerkosaan terhadap Alexandre Robert, seorang Prancis-Swiss berusia 15 tahun, oleh tiga warga lokal, salah satunya positif HIV dan penahanan massal buruh migran, kebanyakan dari India, karena protes mereka terhadap gaji dan kondisi hidup yang kurang.[52] Prostitusi, meskipun ilegal menurut hukum, muncul di emirat ini karena ekonomi yang didasarkan pada pariwisata dan perdagangan. Penelitian yang dilakukan oleh American Center for International Policy Studies (AMCIPS) menemukan bahwa wanita Rusia dan Ethiopia adalah pelaku prostitusi paling umum, juga wanita dari sejumlah negara Afrika, sementara yang berasal dari India adalah bagian dari jaringan prostitusi lintas lautan yang terorganisir.[53] Sebuah dokumenter PBS tahun 2007 yang berjudul Dubai: Night Secrets melaporkan bahwa prostitusi di klub dibolehkan oleh pihak berwenang dan banyak wanita asing bekerja di sana tanpa dipaksa, tertarik oleh uang.[54][55][56]
Menurut sensus yang dilakukan oleh Statistics Center of Dubai, populasi emirat mencapai 1.422.000 tahun 2006, yang terdiri dari 1.073.000 pria dan 349.000 wanita.[63] Tahun 1998, 17% populasi emirat merupakan kebangsaan UEA. Sekitar 85% populasi ekspatriat (dan 71% populasi total emirat) adalah Asia, terdiri dari India (51%), Pakistan (15%), Bangladesh (10%) dan lainnya (10%).[4] Sekitar 3% populasi Dubai dikategorikan sebagai "Bangsa Barat". Seperempat populasi berasal mula dari Iran.[64] Tambahannya, 16% populasi (atau 288.000 jiwa) menetap dalam akomodasi buruh kolektif yang tidak diidentifikasi menurut kesukuan atau kebangsaan, tetapi dianggap sebagai Asia.[65] Usia rata-rata di emirat ini adalah 27 tahun. Jumlah kelahiran kasar pada 2005, adalah 13.6%, sementara jumlah kematian rata-rata sekitar 1%.[66]
Meskipun bahasa Arab adalah bahasa resmi Dubai, bahasa Hindi, Malayalam, Urdu, Persia, Tagalog, Bengali dan bahasa lainnya dituturkan di Dubai. Bahasa Inggris adalah lingua franca kota dan dituturkan secara luas.
Artikel 7 Konstitusi Provisional UEA menetapkan Islam sebagai agama negara resmi UEA. Pemerintah memberi subsidi 95 persen kepada masjid dan mempekerjakan semua Imam; sekitar 5 persen masjid berupa milik pribadi, dan beberapa masjid besar sebagian besar berasal dari sumbangan pribadi.[67]
Dubai memiliki komunitas besar Hindu, Kristen, Buddha, Sikh dan agama lainnya. Kelompok Non-Muslim dapat memiliki tempat ibadahnya sendiri, di mana mereka dapat beribadah secara bebas, dengan meminta izin tanah dan izin membangun bangunan. Kelompok yang tidak memiliki bangunan sendiri harus menggunakan fasilitas organisasi religius atau ibadah lainnya di rumah pribadi.[68] Kelompok religius Non-Muslim dibolehkan untuk memberitahukan tujuan kelompok secara terbuka; tetapi proselitisasi atau menyebarkan literatur keagamaan sangat dilarang dibawah hukuman penindasan kriminal, penahanan, dan deportasi karena melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Islam.[67]
Produk domestik bruto Dubai pada tahun 2005 mencapai US$37 miliar.[12] Meskipun ekonomi Dubai dibangun dengan latar belakang industri minyak,[69] pendapatan dari minyak dan gas alam hanya menyumbang kurang dari 6% pendapatan emirat ini.[11] Diperkirakan bahwa Dubai memproduksi 240.000 barel minyak per hari dan banyak gas dari pengeboran lepas pantai. Pendapatan emirat dalam pendapatan gas UEA hanya menyumbang sekitar 2%. Cadangan minyak Dubai telah berkurang drastis dan diperkirakan kosong dalam 20 tahun mendatang.[70] Real Estat dan Konstruksi (22.6%),[13] Perdagangan (16%), entrepôt (15%) dan layanan keuangan (11&) adalah kontributor terbesar kepada ekonomi Dubai.[71] Negara re-ekspor tertinggi di Dubai meliputi Iran (US$790 juta), India (US$204 juta) dan Arab Saudi (US$194 juta). Negara impor tertinggi emirat adalah Jepang (US$1.5 miliar), Cina (US$1.4 miliar) dan Amerika Serikat (US$1.4 miliar).[10]
Dalam konteks sejarah, Dubai dan kembarannya di seberang Dubai Creek, Deira (Dubai City independen pada waktu itu), menjadi pelabuhan penting bagi manufaktur Barat. Kebanyakan perbankan dan pusat finansial kota berpusat di wilayah pelabuhan. Dubai mempertahankan kepentingannya sebagai rute dagang sepanjang 1970-an dan 1980-an. Dubai memiliki perdagangan bebas dalam emas dan hingga 1990-an, adalah hub bagi "perdagangan penyelundupan"[72] ingot emas ke India, di mana impor emas dilarang.
Pelabuhan Jebel Ali di Dubai, dibangun tahun 1970-an, adalah pelabuhan buatan terbesar di dunia dan menempati peringkat ke-8 terbesar di dunia menurut volume lalu lintas kontainer yang mampu disimpan.[73] Dubai juga berkembang sebagai hub bagi industri jasa seperti TI dan keuangan, dengan pendirian zona bebas industri di seluruh kota. Dubai Internet City, bersama Dubai Media City sebagai bagian dari TECOM (Dubai Technology, Electronic Commerce and Media Free Zone Authority) adalah satu jenis enklave di mana anggotanya meliputi firma TI seperti EMC Corporation, Oracle Corporation, Microsoft, dan IBM, dan organisasi media seperti MBC, CNN, BBC, Reuters dan AP.
Dubai Financial Market (DFM) didirikan Maret 2000 sebagai pasar sekunder bagi saham perdagangan, lokal dan asing. Pada perempatan keempat 2006, volume dagangnya berdiri di atas 400 miliar saham, senilai US$95 miliar. DFM memiliki kapitalisasi pasar senilai US$87 miliar.[66] Keputusan pemerintah untuk terbebas dari perdagangan, tetapi bergantung pada minyak, ekonomi yang berorientasi pada jasa dan pariwisata telah menjadikan real estat lebih bernilai, menghasilkan apresiasi properti pada periode 2004-2006[butuh rujukan]. Penetapan jangka panjang, memperlihatkan depresiasi properti: properti tertentu kehilangan 64% nilai mereka sejak 2001 hingga November 2008.[74] Proyek pembangunan real estat berskala besar telah membawa pada pembangunan sejumlah pencakar langit tertinggi dan proyek terbesar di dunia seperti Emirates Towers, Burj Dubai, Palm Islands dan hotel tertinggi dan termahal di dunia, Burj Al Arab.[75]
Bandar Udara Internasional Dubai (IATA: DXB), hub bagi Emirates Airline, melayani kota Dubai dan emirat lain di negara ini. Bandar udara ini melayani 34 juta penumpang dan 260.000 penerbangan pada 2007.[76] Bandar Udara Internasional Dubai menempati peringkat ke-17 di antara bandar udara internasional lainnya menurut lalu lintas kargo pada 2006.[77] Terminal ketiga dan concourse baru dibuka bulan Oktober 2008, melayani penerbangan Emirates.[78] Terminal baru ini akan ditujukan pada Emirates Airline dan mendukung penuh Airbus A380. Pembangunan Bandar Udara Internasional Dubai World Central, sedang dibangun di Jebel Ali, diumumkan tahun 2004. Fase pertama dijadwalkan selesai tahun 2008, dan setelah beroperasi bandar udara baru ini akan melayani maskapai asing. Emirates (penerbangan penumpang dan kargo) akan tetapi di Bandar Udara Internasional Dubai.[79]
Dubai memiliki sistem bus besar yang melayani 69 rute dan mengangkut sekitar 90 juta orang pada 2006. Road and Transport Authority (RTA) mengumumkan tahun 2006 bahwa 620 bus baru akan ditambahkan ke armadanya yang terdiri dari 170 bus bertingkat dua.[80] Meskipun mode transportasi utama di Dubai adalah melalui kendaraan pribadi, Dubai juga memiliki sistem taksi yang besar.
Sebuah proyek Dubai Metro senilai $3.89 miliar sedang dibangun di emirat ini. Sistem metro ini dijadwalkan beroperasi setengahnya tahun 2009 dan beroperasi penuh tahun 2012. Dubai Metro akan terdiri dari empat jalur: Jalur Hijau dari Al Rashidiya ke pusat kota utama dan Jalur Merah dari bandar udara ke Jebel Ali. Juga memiliki jalur biru dan ungu, Dubai Metro (Jalur Hijau dan Biru) akan memiliki rel sepanjang 70 kilometer dan 43 stasiun, 33 di atas tanah dan sepuluh di bawah tanah.[81] Satu metode yang lebih tradisional untuk menyeberangi Bur Dubai ke Deira adalah melalui abra, perahu kecil yang mengangkut penumpang melintasi Dubai Creek, antara stasiun abra di Bastakiya dan Baniyas Road.
Bulan Juli 2007, jaringan tol jalan Salik dipasang di Sheikh Zayed Road dan di Jembatan Al Garhoud; stasiun tol akan sepenuhnya otomatis dan mengumpulkan tol sebanyak AED4 )US$1.08) per kendaraan.
Dubai memiliki masyarakat yang berbeda-beda dan multietnis.[4] Budaya asli kota sebagai sebuah komunitas pemburu permata asli yang kecil digantikan dengan datangnya kelompok etnis dan bangsa lain — pertama dari Iran di awal 1900-an, dan kemudian dari India dan Pakistan di 1960-an. Karena berbeda-bedanya populasi, hanya sedikit ketegangan etnis, terutama antara ekspatriat, yang dilaporkan terjadi di kota itu. Tahun 1994, buruh Hindu dan Muslim bertengkar karena penghancuran Masjid Babri di Ayodhya, India, yang mengakibatkan penahanan dan deportasi ratusan pekerja India dan Pakistan.[82] Hari libur besar di Dubai meliputi Idul Fitri, yang menandakan akhir Ramadhan, dan Hari Nasional (2 Desember), yang menandakan pembentukan Uni Emirat Arab. Perayaan hiburan tahunan seperti Dubai Shopping Festival (DSF) dan Dubai Summer Surprises (DSS) menarik lebih dari 4 juta pengunjung dari wilayah itu dan memperoleh keuntungan melewati US$1 miliar.[83] Mal perbelanjaan besar di kota ini, seperti Deira City Centre, BurJuman, Mall of the Emirates dan Ibn Battuta Mall juga souk tradisional menarik pembeli dari wilayah itu.
Keberagaman masakan di Dubai adalah refleksi dari masyarakat yang kosmopolitan. Makanan Arab sangat populer dan tersedia di manapun di kota ini, mulai dari tempat makan shawarma kecil di Deira dan Al Karama hingga restoran kelas atas di hotel-hotel Dubai. Makanan cepat saji, masakan Asia Selatan, masakan Cina juga sangat terkenal dan tersedia secara luas. Penjualan dan konsumsi daging babi, meskipun tidak ilegal, hanya dipasarkan dan dijual pada non-Muslim, di wilayah tertentu.[84] Sejenis itu, penjualan minuman beralkohol diawasi. Izin liquor dibutuhkan untuk membeli alkohol; tetapi, alkohol tersedia di bar dan restoran di hotel bintang empat atau lima.[85] Kafe shisha dan qahwa juga populer di Dubai.
Film Hollywood dan Bollywood terkenal di Dubai. Kota ini mengadakan Dubai International Film Festival tahunan, yang menarik selebriti dari sinema Arab dan internasional. Dubai memiliki pertunjukan musik yang aktif, dengan musisi Amr Diab, Diana Haddad, Tarkan, Aerosmith, Santana, Elton John, Pink, Shakira, Celine Dion dan Phil Collins yang telah mengadakan konser di kota it. Kylie Minogue dibayar 4.4 juta dolar untuk menggelar pertunjukan pada pembukaan resor Atlantis tanggal 20 November 2008. Dubai Desert Rock Festival juga merupakan festival besar lainnya yang melibatkan artis heavy metal dan rock.
Sepak bola dan kriket adalah olahraga paling populer di Dubai. Lima tim — Al Wasl, Al-Shabab, Al-Ahli, Al Nasr and Hatta — mewakili Dubai di UAE League Football. Tim pemenang Al-Wasl memiliki jumlah kemenangan terbanyak kedua di UAE League, setelah Al Ain. Kriket diikuti oleh komunitas Asia Selatan di Dubai dan pada 2005, International Cricket Council (ICC) memindahkan kantor pusatnya dari London ke Dubai. Kota ini telah mengadakan beberapa pertandingan India-Pakistan dan dua lapangan rumput baru sedang dibangun di Dubai Sports City. Dubai juga mengadakan turnamen tenis tahunan Dubai Tennis Championships dan The Legends Rock Dubai, juga turnamen golf Dubai Desert Classic, kesemuanya menarik bintang olahraga dari seluruh dunia. Dubai World Cup, sebuah balap kuda ras, diadakan setiap tahun di Nad Al Sheba Racecourse.
Dubai dikenal karena kehidupan malamnya. Klub dan bar banyak ditemukan di hotel karena hukum liquor. New York Times mendaftarkan Dubai sebagai pilihan perjalanan untuk berpesta pada tahun 2008.[86]
Sistem sekolah di Dubai tidak berbeda dari Uni Emirat Arab. Tahun 2006, terdapat 88 sekolah umum yang dijalankan oleh Menteri Pendidikan yang melayani Emirati dan ekspatriat Arab juga 132 sekolah pribadi.[63] Bahasa utama di sekolah umum adalah bahasa Arab dengan Inggris sebagai bahasa kedua, sementara kebanyakan sekolah pribadi menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Banyak sekolah pribadi melayani satu komunitas ekspatriat atau lebih. Delhi Private School, Our Own English High School, Dubai Modern High School, dan The Indian High School, Dubai menawarkan CBSE dan silabus India ICSE. Sejenis itu, juga terdapat beberapa sekolah Pakistan terkenal yang menawarkan kurikulum FBISE bagi anak ekspatriat. Dubai English Speaking School, Jumeirah Primary School, Jebel Ali Primary School, the Cambridge High School (atau Cambridge International School), Jumeirah English Speaking School, King's School dan Horizon School semuanya memberikan pendidikan dasar Britania hingga usia sebelas tahun. Dubai British School, Dubai College, English College Dubai, Jumeirah English Speaking School, Jumeirah College dan St. Mary's Catholic High School kesemuanya sekolah menengah Britania sebelas hingga delapan belas tahun yang memberikan GCSE dan A-Level. Emirates International School bersama Cambridge High School menyediakan pendidikan siswa penuh hingga usia 18 tahun, ini merupakan sekolah internasional dan memberikan IGCSE dan A-Level. Wellington International School, yang melayani anak mulai usia 4 hingga 18 tahun, memberikan IGCSE dan A-Level. Deira International School juga menawarkan program IB, termasuk program IGCSE.
Menteri Pendidikan Uni Emirat Arab bertanggungjawab atas akreditasi sekolah. Dubai Education Council dibentuk Juli 2005 untuk mengembangkan sektor pendidikan di Dubai.[87] Knowledge and Human Development Authority (KHDA) didirikan tahun 2006 untuk mengembangkan sektor pendidikan dan sumber daya manusia di Dubai, dan memberi lisensi pada institusi pendidikan.[88]
Sekitar 10% populasi memiliki gelar universitas dan pasca sarjana. Banyak ekspatriat mengirimkan anaknya kembali ke negara asal atau negara Barat untuk pendidikan universitas dan ke India untuk pembelajaran teknologi. Tetapi, sejumlah besar universitas terakreditasi asing telah didirikan di kota ini selama 10 tahun terakhir. Beberapa dari universitas tersebut meliputi Michigan State University Dubai (MSU Dubai), the Birla Institute of Technology & Science, Pilani - Dubai(BITS Pilani), Heriot-Watt University Dubai, American University in Dubai (AUD), American College of Dubai, Mahatma Gandhi University (Pusat Lepas Kampus), SP Jain Center Of Management, University of Wollongong in Dubai, Institute of Management Technology dan MAHE Manipal. Tahun 2004, Dubai School of Government bersama John F. Kennedy School of Government dan Harvard Medical School Dubai Center (HMSDC) dari Universitas Harvard didirikan di Dubai. RIT Dubai adalah kampus satelit dari Rochester Institute of Technology di Dubai, Uni Emirat Arab. Rencana untuk perguruan tinggi, yang akana dibangun di Dubai Silicon Oasis, diumumkan tanggal 5 Desember 2007. Kampus ini dijadwalkan dibuka Musim Gugur 2008. Tahun 2009, direncanakan bahwa akan terdapat program lulusan penuh waktu, dan pada 2010, program mahasiswa penuh waktu. Tahun 2019, RIT berencana untuk memperluas kampus menjadi 1.000.000 kaki persegi (93.000 m²), menerima sekitar 4.000 mahasiswa.
Dubai memiliki jaringan media cetak, radio, televisi dan media elektronik yang melayani kota. Banyak saluran internasional tersedia melalui kabel, sementara saluran satelit, radio dan lokal disediakan melalui sistem Arabian Radio Network dan Dubai Media Incorporated. Berbagai perusahaan berita internasional seperti Reuters, APTN, Bloomberg dan MBC juga jaringan saluran berita yang beroperasi di luar Dubai Media City dan Dubai Internet City. Tambahannya, beberapa saluran jaringan televisi lokal seperti Dubai One (sebelumnya Channel 33), EDTV dan Dubai TV menyediakan program dalam bahasa Inggris dan Arab. Stasiun FM di Dubai seperti Dubai FM (93.9), Dubai92 (92.0), Al Khaleejia (100.9) dan Hit FM (96.7) menyediakan program dalam bahasa Inggris, Arab dan Asia Selatan. Dubai juga merupakan kantor pusat bagi beberapa perusahaan media cetak. Al Khaleej, Al Bayan dan Al Ittihad adalah suratkabar berbahasa Arab dengan sirkulasi terbesar di kota ini,[89] sementara Gulf News dan Khaleej Times[90] adalah suratkabar berbahasa Inggris yang terbesar sirkulasinya.
Etisalat, penyedia telekomunikasi milik pemerintah, menjalankan monopoli virtual terhadap layanan komunikasi di Dubai sebelum munculnya perusahaan telekomunikasi lain yang lebih kecil seperti Emirates Integrated Telecommunications Company (EITC — lebih dikenal sebagai Du) tahun 2006. Internet diperkenalkan di UEA (dan sebelumnya Dubai) tahun 1995. Jaringan terbaru didukung oleh bandwidth 6GB, dengan 50.000 port dialup dan 150.000 broadband. Dubai merumahkan dua dari empat pusat data DNS di negara ini (DXBNIC1, DXBNIC2).[91] Isi internet diawasi di Dubai. Etisalat menggunakan server proxy untuk menyaring isi internet yang dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diterapkan negara ini, yang menyediakan informasi mengenai memotong proxy, jaringan berkencan, gay dan lesbian, situs yang merujuk pada kepercayaan Baha'i, dan yang berasal dari Israel. Tambahannya, layanan VoIP seperti Skype yang menjadi tantangan monopoli Etisalat dalam perhubungan internasional juga situs sharing multimedia dan jaringan sosial seperti Flickr, Lastfm, Hi5 dan Orkut diblokir.[92][93] Emirates Media and Internet (divisi dari Etisalat) mencatat pada 2002 bahwa, 76% pengguna internet adalah pria. Sekitar 60% pengguna merupakan bangsa Asia, sementara 25% bangsa Arab. Dubai mengeluarkan Undang-Undang Transaksi dan Perdagangan Elektronik tahun 2002 yang mencakup tanda tangan digital dan pendaftaran elektronik. Undang-undang ini melarang Internet Service Provider (ISP) menutup informasi yang terkumpul di perusahaan penyedia layanan. Kode penal juga berisi beberapa pernyataan; tetapi, tidak menyebutkan kejahatan cyber atau penjagaan data.[94]
Dubai memiliki beberapa terdiri dari 26-stasiun televisi seperti:
Dubai memiliki 15 kota kembar, dan kebanyakan perjanjian kota kembar telah dilakukan sebelum 2002.[95]
25°12′N 55°18′E / 25.2°N 55.3°E / 25.2; 55.3
Sejarah · Geografi · Pemerintah · Budaya
Kota · Bangunan · Tempat · Struktur
Very bad groud crew taking bags less than 7kg Bad food Old plane
Loved that I had an exit row seat, and there was no one else in the row! And again, I don' use on-line entertainment at all (I read or sleep) but I very much appreciate that I didn't hear anyone else's entertainment!
Delayed, Bad American style food (not tasty, horrible cheese for a flight to France). Incompetent cabin crew (I asked how to connect by cable my headphones and the flight attendant suggested me Bluetooth which is not available). Good space
Flight was pathetic, felt like a old plane was modified and brought in service. Didnt like the aircraft at all. Crew and services were good.but aircraft totally dissappointment.
Emirates is always a pleasure to travel on. From the spectacular First and Business Class configurations of your big A380 and 777, to the Bar Lounge to, of course, your impecable on board flight attendance and their iconic uniform, now also even available for young girls. All the destinations that Emirates offers makes it an airline of choice many a time.
Loved everything! This flight had premium economy and I didn't see an option to upgraded to premium economy OR buy premium economy tickets. How come?
Some Crew were distinguishably fake in their interactions with passengers.
We was missed the flight They doesn’t lest us fly next flight without payment They charge me 606 hundred dollars What is very unacceptable,our first fight ticket was almost 2000 dollars, again paid 700 it’s hurt … airlines need to do something please
Enough vegetarian food was not available on the flight for all vegetarian guests on the plane. Crew did not adequately handle this experience
Boarding was a mess, no one managing the queues. I got my meal as the pilot announced starting commencing descent and basic drink not available. No air bridge so takes forever to deplane the A380 onto buses.
The food options and quality could use some more excitement and variety.
I very much liked and appreciated the service on board. The seating arrangement in Business feels uncomfortable. It's not made for tall people, in any case.
Overall, very good. The food was better than expected with the exception of the pork and potatoes dinner at the end of the flight. My family all selected that dish and did not set it. I tried a bite also and it was honestly terrible. Also, it would be helpful to know when the snacks in the back of the plane are available.
Timing very good from sfo to Singapore and service was awesome and economy class seats are great overall very good experience thanks
This flight was 16 hours and they made it very tolerable. Seats were comfortable and the staff very accommodating. I had plenty of inflight entertainment. Food was very good.
The crew and their service was top notch, but the plane itself seemed to be on the older side and worn out. Also, the food could’ve been better. 9 out of 10.
Service excellent would chose Singapore airlines as my first choice
The booking experience was bad. Our six character booking ID number disappeared the day before the flight, We could not find out what happened or what was the status of our flight, scheduled for the next day. We finally found the right number to contact Singapore Airlines on the matter (not easy). The Singapore agent worked through the issue in a little over thirty minutes on the phone, the day before the flight. That was great. I'm very happy with Singapore Airlines and their performance. Contact with a competent person on the matter was near impossible. It seems no one in business these days wants to deal with customers once they've pocketed the money. There were resellers, including Kayak, involved in the chain. When we finally got through to Underpricer, we did get a return call that could have proved helpful. But by that time the matter had been resolved by the Singapore agent. Majestic Vacations, the reseller who received the payment was less than worthless. That's just a fast buck operation. Ugh.
Fantastic patience when one of the passengers behind me was an absolute horrible, horrible person and the girls just kept smiling and doing their job with patience and kindness. Well, done to the crew.
Could not really fault anything. We had a really short time between flights (about 45 mins), and had to get across the other side of the terminal. But we made it and crew were helpful. Food was good and service for the kids was great.
Worst air experience in whole life . Boarding and checking was hassle as they did 3 times. Crew team was clueless about passengers need. Despite of passengers raising hand , they were resetting the program
Very unimpressed that I was dumped from the seat I had booked and paid for after check in. Apparently a family wanted to sit together, however as they all were adults I think they should have pre booked their seats like I did. I will be approaching Qatar for a refund. That and the dreadful state of the flooding toilets made me wonder how they managed to be voted the best airline. Not worth the money.
Qatar Airways in-flight first/business class service is superior to any US airline; excellent meals are served on short haul flights such as between DXB and DOH.
Was downgraded from business to economy due to a faulty seat in business class. However when I boarded the plane there were no less than 5 free business class seats. Will never fly Qatar Airways again
The overall flight experience between Doha and Kolkata was satisfactory. The staff onboard were notably engaged, responsive, and enthusiastic, providing a level of service that stood out, especially when compared to the less attentive crew on the earlier leg from Heathrow to Doha. Their eagerness to assist made the journey more pleasant. Additionally, the time spent at the Silver Lounge in Doha contributed positively to the experience. The lounge offered a comfortable and relaxing environment, with adequate amenities and attentive staff. Overall, both the flight and the lounge experience in Doha met expectations, making for a smooth and satisfactory travel experience.
My carry on bag was taken by Alaska Air as we boarded in LAX! She said there was not room. There was plenty of room. I told her that my meds and personal items were in it. She did not care. She said it would be sent to my final destination, Nairobi. Well it got to Nairobi the day I was to fly home. The handle of my bag was crushed so could not retract. So I had to remove it. I had to buy converters, malaria medication. personal items. I filled out the missing form at the Nairobi airport. I asked that it be shipped to the Kisumu airport. When it was obviously not going to make it for my time in Kenya. I asked that it be sent to John Wayne Airport. NONE of that happened. I only knew it was at Nairobi because my air tag indicated it was finally in Nairobi the day I was leaving Kenya! Now I need to purchase a new carry on bag!!!
Overall experience was OK. Seats were truly uncomfortable for such a long flight. Food quality was mediocre at best. The staff was great though!
As gold member there is no priority checkin. Meaning you either have to board with your zone or last with business class pax. As economy pax all the baggage bays are filled by the time you arrive
I had first class service from them. A little late taking off, but no major problem
Overall it was a very good experience. Boarding was efficient and well organized. The cabin crew were excellent. The meals were tasty and quite filling. The warm bread rolls were a nice touch. Seats were comfortable even if they were a little narrow. Entertainment selection was excellent.
The airport didn‘t give me the ticket. I called customer service to ask for a refund but they kept giving me a perfunctory response and refused to refund me.
The flight was delayed hours and most flights from CS are always delayed. Plane was efficient and got us home but not the best food and no entertainment system at all.
Not good - chair back could not move back for premium economy. Not worth the price
The back of the chair - premium economy could not move back - not worth the price
It was okay. Boarding the staff made you feel rushed like we were late or something
It was great. The staff were so nice and helpful the food was great and they always made sure I was okay. As a foreigner I was worried about the language barrier but it was absolutely no issues. I highly recommend
Crew: Everybody was polite. People just need to get efficient and less reworking things. Entertainment: Could have move movies and games. The “music” section is a joke, only ONE available. Food: The food provided on the flights boarding in china needs a serious reworking. Too much oil, bad for your stomach, tastes too artificial and the eggs were a giant mass of green dough.
We were diverted to Chengdu, because of bad weather and finally made it to Chong King about 7 hours later
No wheelchair service at all ( I did request that service and also purchased the priority assistant bundle) , what a waste of money
Never got the wheelchair service when my parents arrived at LA . My mom was 74 , also my dad was 84 years old, both don’t speak English. I double checked with the front desk at Phoenix airport, making sure that they will be taking care of.
Need to improve the availability of the food. Seems like everything sold out
Did not like that we were not informed about the 4 hour delay, crew not friendly, noone at terminals to consult with...all employees for Batrik were behind glass aftervgoing through security at the gate again. Why no agent at Gate H 10 to answer questions? And no apology. Updates would have eased anxiety. Boarding is disorderly also.
During this flight all the crew just focused on making money by selling food and drinks. There was only one washroom open. And it really smelled bad and wasn’t usable. Even to watch something onboard entertainment u have to rent headphones pathetic airline but only one with direct flight so pretty much the only option from Karachi to KL
Delayed for 3 hours, need to pay extra for drinking water.
The OD2204 KUL-LGK was delayed 40 minutes due to air-condition malfuntion, after inspection the technician give green light for the flight to go as usual but the air-condition is still not working properly, passengers complaining to the stewardess but they cannot do anything, I did tweet to @malindoair to complaint but no reply from them … hope this Batik Air is not having problem like Rayani Air and I do hope the management do respond to my complaint as well
Nasi lemak was horrible. Plain white rice, tasteless sambal, no cucumber, no kacang, no ikan bilis. And the chicken was colourless and tasteless, tasted like boiled chicken. Entertainment system didn't work at all.
2 delayed flights - hotel layover in a different country- lost baggage.
Silly to not even offer people water for free when they are paying so much for tickets.
You get what you pay for. It’s functional and gets you from point A to B in good comfort. However, food options are limited and cash only, Crew is a hit and miss .. they get your attention if you reach out.
Good leg room ... air conditioning was a bit warm don't Book row 8 ... no windows
We are experiencing some temporary issues. The market data on this page is currently delayed. Please bear with us as we address this and restore your personalized lists.